Sunday, April 11, 2010

Perlu Ketegasan untuk Membangun Mental Masyarakat

Sudah lama beberapa pemda seperti Jakarta, Surabaya dan kota-kota besar lainnya di Indonesia menerbitkan aturan agar pengguna jalan tidak memberikan uang receh kepada anak jalanan, pengemis dan pengamen. Mengapa? bukankah kita diajarin untuk damawan, rajin bersedekah, membantu sesama? Apakah pemda-pemda itu melarang kita untuk berbuat baik?

Jawabnya: Tidak! Mereka tidak melarang kita berbuat baik, mereka tidak melarang kita membantu sesama. Tapi membantu sesama bukan dengan "menyesatkan" mereka. Semakin banyak orang "baik" yang memberikan uang kepada anak jalanan, pengemis dan pengamen maka mereka akan semakin nyaman dengan posisi mereka. Bahkan jumlah mereka akan terus bertambah karena merasa ini adalah "pekerjaan" yang mudah. Padahal bagi pemda-pemda tersebut, semakin banyak jumlah anak jalanan, pengemis dan pengamen maka mereka akan dianggap gagal dalam membangun daerahnya. Bagi masyarakat yang merasa tersentuh melihat anak jalan, dll maka mereka diharapkan untuk menyumbang ke panti-panti asuhan atau lembaga sosial lainnya. Harapannya panti asuhan atau lembaga sosial itu bisa membantu anak jalanan dengan memberikan pendidikan dan ketrampilan sehingga mereka bisa mandiri. Tujuan akhirnya adalah mengurangi anak jalanan, dll dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Maafkan aku kalau salah, ini hanya logika saja.

Lalu, apa hubungannya dengan Koperasi Samba Mandiri?

Waktu aku pulang, ada seorang Bapak yang minta kredit Rp 500 rb. Tapi dari awal dia bilang kalau dia tidak mampu untuk mengangsur pokok pinjamannya, dia hanya bisa bayar bunga (Rp 12.500 per bulan). Saat dia datang itu kebetulan hari libur dan MS yang waktu itu ada dirumah bilang ke dia agar datang besoknya. Mengenai jaminan, katanya dia punya motor tapi BPKBnya dipinjam temannya dan dijadikan jaminan di Koperasi Samba Mandiri. Dia minta, jaminannya pake BPKB motor itu.

Pada meeting sore hari itu, aku mempertegas kembali produk-produk kredit Koperasi Samba Mandiri, yaitu:

1. Kredit konsumsi bunga menurun

2. Kredit konsumsi bunga tetap

3. Kredit usaha (hanya untuk yang punya usaha yang sudah berjalan lancar minimal 2 tahun, boleh bayar bunga saja untuk jangka waktu maksimal 12 bulan)

Kembali ke Bapak yang minta pinjam Rp 500 rb itu, dia tidak memiliki usaha. Dia mau kredit yang hanya bayar bunga karena dia merasa tidak mampu untuk bayar pokok. Aku jelaskan ke MS dan BB pada saat meeting itu bahwa sesuai ketentuan Koperasi Samba Mandiri, Bapak itu tidak bisa diberikan kredit yang hanya membayar bunga saja.

Keesokan harinya Bapak itu datang sebelum makan siang. Aku tahu, yang namanya menolak memang tidak mudah. MS diam saja dan membiarkan Bapak itu menunggu kita makan. Selesai makan, MS mau pergi mengantar Wayan (karyawan) pulang karena sakit (baru habis jatuh naik motor). Bapak itu bilang gini "kalau mau pergi, kasi aku uang dulu dong". Nah waktu itu aku dengan MS bilang "Maaf, katanya ga boleh kredit tanpa bayar angsuran" begitu kira2 (ya aku ga inget apalagi omongan mereka) dan kemudian MS pergi ngantar Wayan.

Setelah MS pergi, Bapak itu bercerita dengan dengan Iwak. Singkat kata, pada sore harinya Iwak bilang kalau Bapak itu sedih banget sampai meneteskan air mata karena tidak dapat kredit yang dia harapkan. Sebelum Iwak cerita itu, aku juga sempat bilang gini ke MS "kasian juga Bapak tadi itu" trs MS jawab gini (kalau ga salah) "Kalo kasian kok nyuruh aku nolak?" terus aku bilang "keputusan kredit tidak boleh berdasarkan kasian". Aku lupa, bagaimana kelanjutan cerita itu.

Kalau dilihat sekilas, memang kasian Bapak itu. Di sinilah hubungan ceritaku tentang anak jalanan dengan Bapak itu. Saat melihat anak jalanan memelas, rasanya kita ga tega untuk tidak mengeluarkan seribuan, tapi itu tidak baik, kita tidak boleh kasian dan kemudian "menjerumuskan" dia.

Memang kasus Bapak itu tidak sama seperti itu. Tapi coba dihitung kembali. Kredit Rp 500 rb, jika diangsur bulanan selama 1 tahun maka angsuran pokoknya "hanya" Rp 41.667 + bunga 2,5% (Rp 12.500 pada bulan pertama, bulan kedua akan lebih rendah). Total angsuran pada bulan pertama sebesar Rp 54.167. Di sisi lain, jika kerja sebagai buruh harian dikampungku, gaji sehari adalah Rp 30.000. Hanya dengan menyimpan gaji sebagai buruh harian selama 2 hari harusnya sudah cukup untuk bayar angsuran sebulan. So, jika membayar Rp 54.167 aja berat, bagaimana melunasi Rp 500 rb sekaligus? Bukankah ini akan menjadi beban yang amat sangat besar bagi dia? Terus terang dari orangnya, aku yakin dia pasti akan bayar (bukan tipe orang yang akan ngemplang) tapi masalah waktunya kapan, itu saja. Aku juga mengerti, jika dalam kondisi susah, uang Rp 50 rb adalah jumlah yang besar.

Menurutku, karena ketidak mampuan Bapak itu untuk membayar angsuran sebesar Rp 54.167 (bulan pertama dan menurun pada bulan2 berikutnya) maka kredit dari Koperasi Samba Mandiri benar-benar tidak cocok (karena ada beban administrasi dan bunga). Harusnya Bapak itu bisa kita bantu dengan dana sendiri yang tidak ada beban bunga, yang bisa kita iklaskan sampai kapanpun Bapak itu mau bayar. Tapi sayangnya, kita beum sampai pada tahap itu. Mudah2an suatu saat kita diberi kesempatan untuk itu.

Kembali ke penolakan atas permintaan kredit Bapak itu, dari pada membabani orang yang tidak mampu dengan bunga dan administrasi, bukankah lebih baik kita tolak. Harapannya dia bisa mengusahakan dana yang tidak terlalu membebani dia. Dari pada kita tampak baik tapi malah membebani dia. Karena uang yang ada di Koperasi Samba Mandiri hampir seluruhnya membayar bunga, so tidak mungkin kita pake "beramal".

Dalam Blue Print Samba Grup sudah ada rencana untuk membangun "Samba Foundation" yang diharapkan akan menjadi lembaga amal yang berada di bawah Samba Grup. Suatu saat, jika Samba Foundation sudah terbentuk, ketika ada kasus seperti ini, Samba Foundation diharapkan mampu mengambil alih, bukan saja memberikan pinjaman sebesar Rp 500 rb tanpa bunga tetapi bagaimana membentuk Bapak tadi menjadi lebih mapan secara finansial.

Mari kita doakan sebentar, semoga Bapak tadi akan mendapat limpahan rejeki, semoga semua rencana Samba Grup dapat terwujud sehingga benar-benar dapat mensejahterakan masyarakat.