Monday, March 8, 2010

Pahami Bisnisnya, Lakukan dengan Hati

Berbisnis atau membuat usaha memang penuh tantangan. Banyak orang yang berjuang jatuh bangun membangun usaha namun belum berhasil. Di sisi lain, ada juga orang yang secara tidak sengaja berhasil memiliki bisnis.
Ada satu contoh. Papa temanku, bekerja disebuah artshop (menjual barang-barang kerajinan produksi dari Bali). Artshop tempat dia bekerja tidaklah rame, jarang sekali ada tamu yang belanja sehingga gaji yang diterima pun pas pasan. Namun begitu, papanya temanku ini tetap bekerja dengan semangat dengan sepenuh hati. Hari demi hari berlalu tanpa ada kejadian yang istimewa, bulan pun berulang dengan angka tahun yang terus bertambah. Artshop yang kecil (jarang rame) membuat papanya temanku bisa punya banyak waktu untuk membaca dan belajar banyak hal.
Suatu hari datang tamu jepang 2 orang (dua-duanya cowo). Yang 1 sudah tua, umur di atas 60-an tahun dan yang satunya lagi masih muda, badan tegap dan kekar. Ketika tamu itu datang hampir semua karyawan berusaha melayani karena memang tidak ada tamu lainnya yang datang. Tamu tua tanya "aku mau beli burung (patung burung) yang jika digantung seimbang, tidak berat sebelah". Semua karyawan mencarikan burung untuk kakek jepang ini. 1 kardus burung dikeluarkan digantung satu demi satu tidak ada yang sesuai. Kardus kedua dikeluarkan, masih tidak ada yang sesuai. Kardus yang ketiga dikeluarkan...1 demi 1 karyawan artshop tersebut menjauh, tidak sabar untuk tetap mencari burung sesuai kriteria yang diinginkan tamu itu. Tinggallah papanya temanku ini seorang diri. Dia tetap semangat, satu persatu burung digantung, terus dan terus begitu. Tamu itu pun marah-marah karena apa yang dia cari tidak ada. Tapi papanya temanku bilang "tolonglah tunggu sebentar, kalau tidak ada disini saya akan carikan digudang, kami masih punya banyak stock, saya yakin ada yang memenuhi kriteria itu"
Hampir 2 jam sudah berlalu, papanya temanku masih mencari. Sampai akhirnya dia minta waktu kepada tamu itu untuk mencari di gudang dan meminta tamu itu menunggu. Tamu tua menjawab "kamu lah burung yang aku cari itu, aku ke Bali tidak sedang mencari burung, tetapi aku mencari rekan bisnis yang ulet, pekerja keras dan memiliki keyakinan yang tinggi akan keberhasilan".

Kisah itu adalah kisah seorang yang memiliki bisnis tanpa disengaja. Tapi bagaimana dengan bisnis yang "sengaja" kita bangun? Apa kira-kira yang kita butuhkan? Hehehe..ini pertanyaan berat, karena aku juga sedang memikirkan bisnis yang bisa dilakukan.
Menurut pendapatku, yang belum aku praktikkan, kalau melakukan suatu bisnis maka kita harus memahami bisnis itu? why, what and how-nya harus kita ketahui, kata Hermawan Kartajaya. Tapi aku ga taulah ilmu tingi-tinggi kayak gitu. Menurutku simpel sih yaitu pahami bisnis yang kita lakukan dan lakukanlah dengan hati.
Ambil contoh bisnis Lembaga Keuangan Micro (LKM) seperti Koperasi Simpan Pinjam atau Lembaga Perkreditan Desa (LPD, ini khusus ada di Bali). Bagaimana memahami bisnis ini? nah ini juga ga aku tahu tapi aku punya contoh orang (kelompok) yang tidak memahami bisnis mereka di LKM.
Ada seorang yang menabung di sebuah LPD di suatu desa di kabupaten Gianyar. Tabungan yang hanya sekitar 10-20 ribu per hari tersebut akhirnya terkumpul sekitar Rp 8 juta. Pada suatu saat, karena kepentingan uang mendadak, orang tersebut ingin meminjam uang sebesar Rp 200 ribu dari LPD. Orang itu sengaja tidak mengambil tabungannya, karena dia merasa sayang uang yang dia kumpulkan sedikit demi sedikit diambil begitu saja.
Tapi apa jawaban dari pengelola LPD? "Kalau tidak ada jaminan ya kredit ga bisa keluar". Coba dibayangkan sebentar, orang ini percaya kepada LPD sehingga dia mau menyimpan uangnya sebanyak Rp 8 juta di LPD tersebut tapi LPD (dalam hal ini pengurusnya) tidak percaya kepada orang itu untuk meminjamkan uang Rp 200 ribu!!! Jelas pengelola LPD tersebut tidak mengerti bisnis yang dia jalankan. Ya mungkin karena LPD itu bukan punya dia, dia hanya bekerja di sana yang berpikir LPDnya bagus atau jelek gajinya akan tetep.
Pemahan terhadap bisnis inilah yang aku coba tanamkan kepada seluruh pengelola Koperasi Samba Mandiri. Semua harus paham, bahwa Koperasi dengan usaha simpan pinjam sangat bergantung kepada kepercayaan masyarakat, baik percaya untuk menabung, maupun percaya untuk meminta kredit. Untuk itulah ketika orang yang menabung di LPD tadi memindahkan tabungannya ke Koperasi Samba Mandiri dan beberapa bulan sebelumnya dia juga sudah mengambil kredit sebesar Rp 1 juta dari Koperasi Samba Mandiri maka aku katakan kepada MS untuk memberikan dia suku bunga yang special untuk kredit yang masih tersisa yaitu sebesar 1,5% per bulan. Lumayan kan, tabungannya di Koperasi Samba Mandiri, dia juga memiliki kredit di Koperasi Samba Mandiri. Bila dihitung, uang yang dia tabung di Koperasi Samba Mandiri sangat berlebih untuk memberikan dia pinjaman, atau dengan kata lain, ya dia meminjam uangnya sendiri (dalam dunia perbankan, ini namanya kredit back to back).
Dengan memahami bisnis yang kita lakukan, menjalankan dengan hati maka kita akan nyaman dan orang-orang yang kita libatkan dalam bisnis itu jga akan nyaman.
Suskes Untuk Koperasi Samba Mandiri.

No comments:

Post a Comment