Sunday, February 14, 2010

Adat yang Kuat vs Adat yang Baik : Perencanaan Koperasi Samba Bagian 2

Sebelum ada yang merespon email tersebut, aku adakan ralat pada tgl 1 Desember 2008 sebagai berikut :

Dear all,
Setelah merenung sebelum tidur dan saat mandi tadi pagi, saya mengusulkan 2 revisi atas ide saya yaitu:
1. Nama diubah dari "Bawa Putera Samba" menjadi "Bawa Samba Putra" (kayak Guruh Soekarno Putra) Terus Putera di ubah menjadi Putra (tanpa "e") sesuai EYD.
2. Visi di ubah dari "Menjadi koperasi yang dapat menjadikan masyarakat dengan gaya hidup modern di dalam budaya yang kuat"
menjadi "Menjadi koperasi yang dapat menjadikan masyarakat dengan gaya hidup modern di dalam budaya yang baik"
Alasan perubahan ini adalah kita tidak harus SEMUA budaya kita, ada budaya yang justru harus diperbaiki dan hanya budaya yang BAIK-lah yang layak kita pertahankan. Kita tidak boleh fanatik dengan alasan budaya, dan kita harus siap selalu dengan perubahan untuk perbaikan (dalam sejarah perkembangan manusia, manusia selalu berubah dari jaman BATU, ERA Industri dan sekarang sudah menjadi ERA INFORMASI).
Ada ide yang lain?

Terima kasih.

Ini balasan dari PB, masih tgl 1 Desember 2008:
Om Swatyastu,

Kalo boleh urun rembug, sebenarnya ide pendirian
koperasi sudah lama ada, tapi sayang karena keterbatasan SDM sampai sekarang belum tererelisasi. Kalau saja saya memiliki kemampuan dasar untuk mengelola Koperasi mungkin sudah berdiri sebuah koperasi. Bahkan tempat operational sudah sempat dibicarakan juga masalah anggota sudah sempat diinventarisasi, cuma sayang belum bisa diwujudkan, karena tidak memiliki kemampuan dasar pengelolaan Koperasi.
Sukseme

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

(ini lanjutannya, masih dari PB)

Om Swastyastu,

Saya sangat setuju bahwa manusia harus berubah dan tidak bisa menghindar dari perubahan.
Tetapi dalam hidup manusia ada yang tidak mesti berubah, walaupun diterjang badai sekalipun.

Om Shanti,Shanti,Shanti, OM

(ini lanjutan dari PB)
Om Suastyastu,

Banyak orang dengan alasan globalisasi, perubahan jaman dan tetek bengek yang lain lagi yang dijadikan alasan pembenar atas perubahan yang terjadi di dalam dirinya, sehingga tampak seolah-olah seperti orang bingung tidak tahu harus berbuat apa atau sengaja membingungkan diri menghadapi perubahan yang terjadi, sehingga budaya yang seharusnya
kuat dipertahankan menjadi baik untuk diubah. Pemaknaan kata Kuat dan Baik, tergantung dari sudut mana kita bicara, sama dengan kebenaran, setiap orang punya pembenar, tergantung sekarang dari mana kita melihat "Benar" itu. Apakah benar dari hukum Tuhan, benar menurur UU atau benar menurut diri sendiri?
Globalisasi ini pula yang banyak dijadikan alasan oleh beberapa orang Bali untuk menjual tanahnya yang semestinya dipertahankan.
Dan atas nama Investasi untuk kepentingan masyarakat yang terkait dengan bahasa Globalisasi tadi pula, oknum pejabat di Bali berani melawan Tata Ruang yang sudah diperdakan untuk mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan budaya yang semestinya dijaga dan dipelihara. Bahkan Bisama PHDI pun tidak mampu mempertahankan radius kesucian Pura yang semetinya dipertahankan
Memang bahasa PERUBAHAN dan GLOBALISASI sangat luar biasa.


Om Shanti, Shanti,Shanti, Om

Ini balasan saya, masih tanggal 1 Desember 2008
Dear All,

especially PB terima kasih atas komentarnya.

Pertama-tama saya ingin mengembalikan topik ke masalah KSU-BSP (Koperasi Serba Usaha Bawa Samba Putra). Namun begitu saya ingin menjelaskan mengenai penggunaan kata "Kuat" dan kata "Baik". Tapi susah dijelaskan dengan kata-kata, hanya bisa direnungkan dalam napas yang teratur dengan tarikan yang panjang dan dalam. Dalam sebuah renungan akan didapat makna kata "Baik" lebih baik dari kata "Kuat".

Yang kedua, iya saya ingat kita pernah membahas mengenai koperasi beberapa bulan atau mungkin beberapa tahun yang lalu. Sampai akhirnya ide itu menguap oleh waktu. Tapi terlepas ide itu datang dari siapa, alangkah baiknya saat ini kita semua dengan kejernihan hati untuk menyumbangkan ide-ide untuk merealisasikan ide tersebut.

Terima kasih sebelumnya.

Komang
"Jangan jadikan bahagia sebagai tujuan, tetapi berbahagialah selama dalam perjalanan" (kata-kata ini akan saya tambahkan dalam Signature saya, any comment??)

(ini email dari saya lagi, tgl 2 Desember 2008)

Kelanjutannya pada bagian 3 yah...

No comments:

Post a Comment