Friday, February 12, 2010

Sudah mirip kantor "sungguhan"

Seperti biasa, setiap hari kerja aku pasti sempatkan membaca koran. Maklum, di kantor yang tersedia hanya koran dan tidak tersedia jaringan dimasing-masing PC. Sudah lebih dari 20 hari ini aku mengikuti seri tulisan dari tokoh marketing di Indonesia.
Yang menarik dari tulisannya hari ini adalah dia menyebutkan "kantor saya menjadi mirip kantor 'sungguhan' ". Alkisah dia adalah orang yang hebat di marketing, dia pernah menduduki posisi direktur dari sebuah perusahaan rokok yang saat ini katanya nomer 1 di Indonesia. Kemudian dia keluar dari posisinya sebagai direktur dan mendirikan sebuah perusahaan (tanpa badan hukum) yang bergerak dalam bidang konsultan marketing. "Kantor" pertamanya adalah rumahnya. Banyak orang yang meragukan dan mengatakan kalau usahanya itu tidak akan hidup lebih dari 3 bulan, termasuk teman2nya saat dia masih menjadi direktur di perusahaan rokok tersebut.
Katanya, memang tidak mudah untuk mendapatkan job sebagai kosultan. Masuk akal juga, bagaimana dia yang saat itu tidak memiliki perusahaan, akan dipercaya oleh pengusaha2 yang sukses untuk mengajari pengusaha tersebut ilmu marketing. Pada saat dia mulai usahanya, beberapa temannya yang dulu menghormatinya (karena posisinya direktur) sekarang menjadi tidak respect lagi. Hari-harinya dilalui dengan berorganisasi untuk membangun jaringan. Setelah mentok dan tidak mendapat job, akhirnya dia datang ke mantan bosnya di perusahaan rokok tersebut untuk meminta job. Nah, karena bosnya ini tau dia punya konsep yang luar biasa namun selama menduduki posisi direktur tidak memiliki waktu untuk meng-coach anak-anak buahnya sampai ke level cabang, maka bosnya tersebut memberikan dia job untuk menjadi konsultan perusahaan selama 1 tahun. Jobnya adalah meng-coach dari manager sampai sales perusahaan diseluruh wilayah Indonesia. Itu adalah job pertamanya, bayarannya pun cukup besar yaitu sekitar 2 tahun gajinya saat dia menjadi direktur.
Singkat cerita, dengan modal job 1 tahun tersebut dia terus mengembangkan network. Sampai suatu hari dia bisa membeli kantor (berupa ruko 2 lantai). Awalnya kantor tersebut sepi, hanya ada 1 orang yang bertugas mengatur jadwalnya dan rajin menawarkan dia ke berbagai perusahaan untuk menjadi pembicara. Orang mulai mengenalnya, karyawannya pun bertambah. Saat itulah dia berkomentar "akhirnya kantor saya mirip kantor sungguhan".
Cerita ini menarik, karena hal yang sama pernah aku ucapkan, mungkin persis. 
Walau berdirinya Koperasi Samba Mandiri diperingati tgl 22 Desember (berdiri tahun 2008) namun pertama kali Koperasi Samba Mandiri beroperasi adalah tgl 17 Februari 2009 (setelah resmi memperoleh badan hukum Koperasi pada tgl 09 Januari 2009). Saat itu "kantor"  Koperasi Samba Mandiri ada disebuah kamar kecil dengan atap bangunan yang sebagian sudah berjatuhan. Walau aku merencanakan "kantor" yang "cukup representatif", namun pengelola dilapangan berkehendak lain. Launching atau soft opening pun tidak seperti perusahaan/koperasi lain. Awal beroperasinya Koperasi Samba Mandiri hanya ditandai dengan seorang anak 5 tahun yang menabung Rp 10.000 (ya sepuluh ribu rupiah).
Aku lupa, kapan persisnya Koperasi Samba Mandiri dipindahkan kembali ke "kantor" awal, sesuai komitmen saat pendirian. Yang aku ingat adalah di "kantor" lama itu, Koperasi Samba Mandiri tidak berkembang sebagaimana aku harapkan.  Akhirnya, karena aku pengen Koperasi Samba Mandiri maju, maka aku minta pengelola yang aktif untuk memindahkan "kantor" Koperasi Samba Mandiri ke "kantor" awal. Yang aku sebut "kantor" yang dipindahkan itu hanyalah sebuah meja kayu, sebuah credensa dan 1 buah kursi serta 3 odner yang berisi beberapa lembar kertas.
Terus "kantor" ini (setelah dipindahkan) apakah sudah layak disebut kantor? Masih sangat jauh dari bentuk kantor. Yang dipakai "kantor" adalah kamarku yang berukuran mungkin hanya 2 x 2 meter atau 2,5 x 2,5 meter (maksimal) - nanti aku cek deh hehe.
Lalu siapa yang ber"kantor" disitu? Mengkin bisa dibilang tidak ada yang ngantor di situ. Kakaku yang giat mengoperasikan Koperasi Samba Mandiri mungkin singgah di "kantor" tidak lebih dari 1 jam dalam sehari. Selebihnya digunakan untuk pergi mencari nasabah dan menawarkan kredit. Tanpa seragam, tanpa pengetahuan tentang koperasi, dia berkeliling setiap hari (kecuali hari minggu). Apakah orang percaya menabung pada orang yang datang tanpa seragam, ber"kantor" di rumah tanpa papan nama koperasi? Banyak memang yang meragukan. tetapi dia melangkah, melangkah dan terus melangkah. Rp 1 juta pertama kredit disalurkan, Rp 1 juta pertama tabungan terkumpul, 1 juta kedua, ketiga dan seterusnya.
Pada bulan November 2009 aku pulang membawa laptop dan printer untuk "kantor" koperasi, sampai dirumah aku membeli 3 meja, 3 kursi, 1 lemari besi. Saat itu total kredit sudah mencapai Rp 75 juta dan kakaku sudah sangat percaya diri sebagai "karyawan" Koperasi Samba Mandiri. Setelah meja, kursi dan lemari itu datang serta laptop dan printer aku taruh di atas meja aku mengatakan kepada kakakku"sekarang sudah mirip kantor sungguhan yah". Kakakku yang satunya lagi, yang sebelumnya tidak aktif, aku minta kembali untuk aktif. Karyawan pertama pun kami rekrut. Dari 1 orang (kakakku), kini ada 3 orang (2 kakakku, 1 orang karyawan) yang bekerja untuk Koperasi Samba Mandiri. 
Dari sekitar Rp 75 juta jumlah kredit yang dilepas per akhir November 2009, berkembang menjadi lebih dari Rp 200 juta per 31 Januari 2009.
Tidak terasa ceritanya jadi panjang yah..padahal awalnya aku hanya mau cerita kalau aku ketemu orang yang mengungkapkan sesuatu yang sama dengan aku.
Kalau orang yang mengatakan "kantor saya menjadi mirip kantor 'sungguhan' " pada sekitar tahun 1990 itu saat ini sudah menjadi Marketing Guru di Indonesia (atau malah di Asia yah) kita lihat akan menjadi seperti apa Koperasi Samba Mandiri 20 tahun lagi??
Oiya orang yang aku ceritakan itu adalah Hermawan Kartajaya, CEO MARKPLUS. INC, perusahaan konsultan yang dia dirikan dirumahnya sekitar tahun 1990.


Good night.

No comments:

Post a Comment